Mengeja 11

00.45


Bukankah waktu berbicara padamu, tiap harinya, dan tidak hanya sekali dalam setahun? Terkadang berbisik lembut, dan terkadang berteriak lantang. Pun sesekali bertanya untuk menguji. Mungkin agar engkau mengimbuhkan keyakinan dan kesungguhan pada pilihan dan harapan yang engkau titipkan.

Bukankah menjadi dewasa adalah pilihan yang kan menghampirimu setiap harinya? Yang lahir dari cerita-cerita yang membuatmu jatuh pada kebaikan-kebaikan. Yang tumbuh bersama senyuman-senyuman, yang menjadi penanda bahwa dirimu masih bisa memberikan manfaat. Yang senantiasa membisikkan nama-nama yang ingin engkau jaga dan perjuangkan kebahagiaannya di antara jemari yang dengan setia menengadah pada Yang Maha Mulia.

Ya, menjadi dewasa adalah tentang kemauanmu mengambil dan mengemban tanggung jawab untuk menjaga kebaikan-kebaikan tetap merekah.

Hari ini, bukanlah hari khusus yang menjadikanmu harus menunggunya. Dengan doa-doa yang engkau harapkan terlantun bersama lilin-lilin yang meleleh karena panas. Bukan pula tentang balon penuh warna yang menghiasi dinding-dinding. Namun hari ini adalah hari untuk engkau mengingat adanya sebuah kelahiran dari ketiadaan. Tentang siapa dirimu dan orang-orang yang tak lelah membersamaimu, dalam suka dan duka, ataupun jatuh dan bangunmu.

Hari ini, hanyalah bagian dari cerita dalam buku kehidupan. Sebuah titik perihelion yang melintasi hatimu. Yang kembali mengajakmu dalam orbit ketaatan. Menundukkan hati atas nama pemilik semesta.

Kepada engkau, jiwa yang sedang mengeja 11. Mari memaknai hari ini. Esok, kala lelah menghampirimu, mintalah bait-bait puisi dari langit. Bacalah dengan segenap kerendahan hati. Bersenandunglah dalam hening. Semoga senyuman terus merekah hingga engkau akhirnya berpulang pada rumah kebahagiaan yang abadi.


Mari terus menjadi baik.
Arya

0 komentar