Untukmu, Adik-adikku

13.41


Adikku..
Dengan segenap kerendahan hati, kusampaikan risalah ini. Ku berharap, engkau berkenan tuk membacanya. Ya, aku sadar engkau bukanlah diriku, dan aku bukanlah dirimu. Kita adalah anak dari zaman yang berbeda. Anak dari ayah dan ibu yang berbeda. Namun, kita semua satu dalam genggaman satu-satunya pencipta, ALLAH. IA lah pencipta awal dan akhir.

Adikku..
Engkau bisa belajar dari zamanku untuk membangun zamanmu. Engkau bisa mengolah sampah-sampah yang diwariskan zamanku, mengambil mutiara-mutiara yang tersembunyi di dalamnya. Kemudian, engkau bisa menggosok mutiara-mutiara itu dengan kain sejarah yang telah aku renda sebelum kehadiranmu di dunia ini. Ingatkah engkau saat ibumu melahirkanmu dalam keadaan menangis sedang orang-orang di sekitarmu tersenyum (atau tertawa) gembira? Maka beramallah dengan sungguh-sungguh untuk kebaikanmu. Agar kelak mereka bisa menangis di hari kematianmu, sedang engkau tertawa gembira. Carilah mutiara sebanyak-banyaknya untuk bekalmu di alam abadi kelak. Mutiara, yang kan menyelamatkanmu dari siksaNYA.

Adikku..
Sejak zaman nenek moyangmu, kemerdekaan adalah dambaan. Bersyukurlah engkau telah menggenggamnya sekarang. Namun ingatlah, kemerdekaan itu juga bisa merupakan ujian untukmu. Ingatlah bahwa ALLAH kan memberikan kemerdekaan kepada tiap insan, dan menambah nikmat bagi mereka yang mempergunakan kemerdekaan itu untuk lebih bersyukur. Ketauilah adikku, waktu akan terus melangkah, dengan atau tidak adanya kita di sana. Akankah kita meninggalkan waktu tanpa satu pun jejak manfaat tertoreh? 

Adikku..
Apakah engkau sudah benar-benar merdeka? Karena merdeka bukanlah bertindak sekehendak hatimu. Karena engkau tidak hidup seorang diri. Begitu engkau bertemu dengan kemerdekaan orang lain, kemerdekaanmu harus terhenti. Berikanlah apa yang seharusnya ia terima darimu. Dan ingatlah adikku, engkau tak akan benar-benar merdeka sebelum melepas dirimu dari belenggu-belenggu perbudakan selain Rabb-mu. Termasuk perbudakan dari nafsu di dalam dirimu. 

Adikku..
Engkau adalah bagian dari harapanku untuk menata mozaik-mozaik kehidupan yang lebih baik. Engkau tak hanya sekadar akumulasi pelengkap perbendaaraan kata, saudara. Tak ada harapan yang lebih besar kepadamu, selain engkau menjadi pejuang yang senantiasa berada di jalanNYA. Raihlah janjiNYA yang pasti, wahai adikku.

Adikku..
Jagalah pergaulanmu. Jadikanlah pergaulanmu agar mampu memancarkan akhlak-akhlak yang baik. Jagalah ALLAH, maka niscaya IA akan menjagamu. Sesungguhnya IA telah mempersiapkanmu untuk urusan yang penting, jika engkau memahami. Maka angkatlah dirimu setinggi-tingginya.

Adikku..
Ingatkah engkau para sahabat Rasulullah? Mereka adalah orang-orang yang paling mendahulukan hak-hak saudaranya. Mereka adalah sebuah contoh dari generasi yang luar biasa. Dalam masa kejayaan, merekalah yang paling akhir merasakan nikmatnya. Tapi, dimana masa-masa sulit tiba, merekalah yang paling awal merasakan kesulitan itu. Addikku, sungguh aku berharap aku, kamu, dan mereka mampu menjadi generasi seperti mereka. Sungguh...

tarian waktu telah menghantar kita pada titik ini. menyulam masa lalu dalam sebentuk kain renda. lalu, kepada masa depan, kepada siapa kita mewariskan kain itu? adakah generasi kita sudah memiliki kompasnya masing-masing? agar tak tersesat oleh fana dunia...?

3 komentar

  1. wahh baiklah kak
    sama halnya, sangat ingin ku sampaikan juga pada adik-adikku

    BalasHapus
  2. aaaammmmmmiiiiinnnnn,,,smga adikmu ini bisa menjadi seorang yg berguna buat orang banyak :D
    terima kasih kaka atas doanya

    BalasHapus