Berkali-kali Hujan

07.14




Bismillah


Hidup.

Di suatu rentang waktu, ia terkadang berlari. Membawa saya melesat begitu cepat. Waktu rasanya seperti kumpulan-kumpulan kebahagiaan yang berkonspirasi tuk membuat saya senang dan tertawa. Namun, terkadang ia juga membuat langkah bergerak perlahan. Atau bahkan berhenti, sama sekali tak bergerak. Hujan yang dibawanya mengharuskan saya untuk berteduh..

Di hari yang lain, hujan mengharuskan saya untuk kembali berteduh. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini waktunya terasa lebih lama. Rasanya begitu menyesakkan. Karena jauh di depan sana, ada hal-hal yang ingin saya kerjakan. Ada mimpi-mimpi yang ingin saya wujudkan. Tapi lihatlah. Saya masih berdiri di sini. Berteduh dari hujan, yang pikirku sengaja bekerja sama dengan langit tuk melihatku muram. 

Pernah hujan turun begitu lama. Ia datang bersama angin. Terkadang datang bersama gelegar yang membuat gigil makin menjadi. Maka datanglah mereka, pertanyaan-pertanyaan yang membonceng keluhan. Juga pertanyaan-pertanyaan yang membawa aroma keputusasaan. Berkali-kali.

Lalu, kejenuhan datang.
Karena pertanyaan-pertanyaan tak kunjung menemukan jawaban.
Lantas akal dan rasa memilih untuk menyerah.

Hingga tiba saat, titik balik menjadi awal perbaikan-perbaikan. Kesadaran akan kepulangan menjadikan rahim rindu melahirkan doa-doa. Keinginan tuk mengubah, membuat malam menjadi saksi akan harapan-harapan yang berlarian menembus langit. Akhirnya saya pun disadarkanNya. Apa sebab saya terus bergerak perlahan, atau bahkan seringkali berhenti. Karena saya lupa untuk menyiapkan payungnya. Ya, saya lupa. Saya tidak mempersiapkannya.

Saya tahu suatu saat hujan akan datang menghampiri.. Mengapa saya tak mempersiapkan payung ketika hujan kian mendekat? Bukankah akan lebih menenangkan ketika payung itu saya persiapkan sedari awal? Agar ketika ia hadir, langkah-langkah masih bisa tetap menjejak. Atau, mengajak ia yang berjalan searah untuk sama-sama berteduh?

Hidup.

Akan ada episode dimana persoalan datang berulang-ulang. Suatu hari, ia datang dengan porsi yang sama. Di lain hari, ia hadir dengan wujud yang berbeda, namun dengan nama yang sama. Pun kualitasnya akan meningkat seiring waktu. Mungkin di hari itu, akan ada banyak pertanyaan yang hadir. Mengapa saya? Mengapa seperti ini? Mengapa selalu saya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang akan menguap mewarnai langitNya.

Padahal Allah menguji dengan maksud agar menjadi lebih kuat. Agar menjadi lebih sabar. Agar menjadi lebih bijak. Agar lebih percaya. Bukankah dengan ujian, IA menghendaki sang hamba sesuatu yang lebih dari sebelumnya?

Allah akan terus menurunkan hujan sebagai bukti rahmatNya. Percayalah. Hujan turun bukan di satu tempat saja. Ia hadir juga di belahan bumi yang lainnya. Ia tidak membawa sejuk pada satu orang saja, melainkan juga untuk bermilyar-milyar manusia yang lain. Lalu, mengapa tidak mempersiapkan payung-payung ilmu mu? Agar ketika hujan persoalan datang, diri bisa berteduh dari keluhan-keluhan. Agar diri tidak basah kuyup oleh ketidaksyukuran.

Jika hujan masih sering hadir,
Bersyukurlah. Karena sungguh ia hadir membawa kesejukan..
Jika hujan masih terlihat membebani,
Bagaimana kabar rasa percayamu?
Masihkah Allah menjadi tujuanmu?



Jakarta, 11 Sya'ban 1438H

2 komentar