Jangan Pernah Bersandar Pada Amal

06.33


Tersebutlah ada 4 pria berbicara tentang amal ibadah mereka dan kesuksesan yang mereka dapatkan.

PRIA 1
"Alhamdulillah, sejak sering shalat dhuha, rejeki menjadi lancar. Bisnis sukses, dan sebentar lagi anak saya lulus SMU dan rencananya akan sekolah ke luar negeri"

PRIA 2
"Bukan main, hebat sekali, sejak naik haji/umroh ibadahku semakin rajin. Alhamdulillah anak juga sukses, rumahnya harga milyaran, aset bertambah, orangtua sangat bangga, berkat doa saya".

PRIA 3
"Masya allah sungguh nikmat tak terkira sejak rajin puasa dan bersedekah, rezeki bagaikan sungai mengalir tidak ada putus-putusnya. Anak baru selesai kuliah di luar negeri dan jadi staff khusus kementrian".

PRIA 4
"Saya tidak sehebat kalian, jangankan kesuksesan, bahkan saya tidak tahu ibadah yang saya lakukan apakah diterima oleh Allah atau tidak. Saya tahu ibadah diterima dan sukses setelah saya meninggal nanti. Jadi, saya merasa belum bisa menceritakan ibadah yang saya lakukan dan balasan yang Allah berikan kepada saya.


Jangan pernah bersandar pada amal secara berlebih. Hal ini akan melahirkan kepuasan, kebanggaan, dan akhlak yang buruk kepada Allah. Orang yang melakukan amal ibadah belum tentu tahu apakah amalnya diterima atau tidak. Pun mereka tidak tahu seberapa besar dosa dan maksiat yang telah mereka kerjakan. Dan juga mereka tidak tahu apakah amalannya selama ini bernilai keikhlasan atau tidak. Oleh karena itu, mereka dianjurkan untuk meminta rahmat Allah dan selalu mengucapkan istigfar karena Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah:
"Sungguh amal seseorang tidak akan memasukkannya ke dalam surga".

Mereka bertanya,
"Tidak pula engkau ya Rasulullah?"

"Tidak pula saya. Hanya saja Allah meliputiku dengan karunia dan rahmatNya. Karenanya, berlakulah benar (beramal sesuai dengan sunnah) dan berlakulah sedang (tidak berlebihan dalam ibadah dan tidak kendor atau lemah)". (Hadist Riwayat Bukhari & Muslim).

Sesungguhnya seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan rahmat Allah. Dan di antara rahmtNya adalah IA memberikan taufiq untuk beramal dan hidayah untuk taat kepadaNya. Untuk itu, kita wajib bersyukur kepadaNya dan merendahkan diri di hadapanNya. Tidaklah layak bagi seorang hamba untuk bersandar pada amalnya. Tidak pantas bagi seorang hamba untuk membanggakan amal ibadahnya yang seolah-olah dapat terlaksana karena pilihan dan usahanya semata, apalagi ada perasan telah memberikan kebaikan untuk Allah.

Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan amal ibadah hamba-hambaNya. IA Maha Kaya dan tidak butuh kepada makhlukNya. Wallahu Ta'ala A'lam.

------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebuah pesan dari grup whatsapp. Dan saya rasa penting untuk dibagi.
Mari menghisab diri kita sendiri.


Jakarta, 01 Agustus 2016

1 komentar

  1. MakJleb!
    Beribadah lillahi ta'ala dan sesuai sunnah Nabi. Diterima atau tidknya akan kita ketahui saat di akhirat kelak. Sekarang adalah do the best we can as good muslim/muslimah. Kemudahan hidup dan rezeki yg kita terima semata-mata anugerah, nikmat dari-Nya.

    Thank you for your sharing, Mas Teras Ingatan!

    BalasHapus