Diam yang Bijaksana

06.47


Ada saat dimana mimpi-mimpi begitu ingin bercerita dengan riangnya. Tentang ia yang tetap terjaga dalam lekuk-lekuk senyuman, meski seringkali ada hari yang mengujinya dengan ketidakpastian hati. Tentang ia yang tak pernah lupa tuk mengikat hari dengan doa-doa tak berkesudahan, demi sebuah kebahagiaan di masa depan. Namun ia memilih untuk tidak mengecewakan hati. Ia tetap dalam diam. Hingga tiba saatnya ia mengantongi izin Pemilik Semesta.

Ada saat dimana rasa bahagia begitu inginnya menari dalam kata dan tatapan. Karena langit telah menuntunnya menemukan pasang sayap yang suatu hari kan menerbangkannya tinggi. Menuju Jannah. Tempat berlabuhnya semua cinta, tempat semua kesabaran dan keikhlasan menunggu hadiah-hadiah yang telah dijanjikanNya. Namun ia memilih untuk tidak melangkahi batas. Hingga tiba saat rasa yang sulit terdefinisikan akhirnya diberi izin dariNya tuk medeklarasikan diri di depan semesta.

Ada saat langkah-langkah besar ingin menggarisbawahi dirinya. Bahwa dunia membutuhkannya lebih daripada sekadar menjadi pekerja. Ingin ia berkisah menyoal segala langkah, resiko, serta rasa percaya yang sedang ia bangun. Ingin ia bercerita sebuah pengalaman yang pada akhirnya membuat ia memilih untuk undur diri dari hal-hal yang dapat memperburuk kondisi hati. Namun ia memilih riuh dalam sujud malamnya. Hingga tiba saat, lukisan doanya telah membentuk sebuah gambar utuh di sebuah kanvas maha luas milikNya.

Percayalah.

Ada sebuah batas antara rencana dan sebuah kepastian. Di antara batas itu, biarkanlah hati memilah, mengolah rasa yang sewajarnya untuk setiap derap langkah. Di antara batas itu, biarkanlah lisan berujar seadanya, tanpa menyematkan rasa angkuh yang dapat mengeruhkan jiwa. Di antara batas itu, yang engkau miliki hanyalah doa dan usaha.

Karena kepastian, hanyalah milik Allah.


Jakarta, 02 Agustus 2016



1 komentar

  1. Masih mencerna makna di balik kata2 ini. Disimpan dulu dah. Nanti dibaca ulang.

    BalasHapus