Dandelion Untuk Kita

00.04


"Besok pagi, di tempat ini, akan kuberitahukan engkau sesuatu". Katamu.

Kulihat senyum terukir di wajahmu. Hanya sebentar, karena entah mengapa engkau langsung berlari, pulang. Tanpa memberi sedikitpun kesempatan padaku tuk mengucap kata-kata. Berlatar semburat jingga yang hangat hari ini, kulihat punggungmu perlahan menjauh, meninggalkan aku di sini, berdiri, menyisakan rindu..
Ah, selalu begitu.
Kau tahu, sikapmu sore tadi membuatku tak bisa memejamkan mata malam ini. Membuat malam, merasa tak mampu lagi, membuaiku dengan hembusan lembut angin serta bius bisikan jangkrik miliknya. Riuh detak jam yang bergantung di dinding mengalihkan lamunanku. Ah, tinggal beberapa jam lagi esok sudah menghampiri. Tapi, mata ini masih enggan tuk terpejam. Ingin rasanya mengalah pada lelap, tapi..

****

Ku berlari sekencang-kencangnya. Menerobos ilalang yang mencoba menghadang. Entah, mengapa perasaan ini begitu membuncah. Membuatku berdebar hebat, saat senyummu memergokiku berlari dengan riangnya menujumu. Satu sisi diri menggodaku, tuk kembali pulang. Menghiraukan inginku tuk bertemu denganmu. Namun kudapati diriku berhenti berlari. Bukan, bukan karena itu... Namun, karena engkau mendekatiku dengan sorot matamu yang lembut.

"Matahari masih malu-malu tuk memperlihatkan wajahnya, namun kita sudah di sini". Bisikmu, bersama sebuah senyuman.
Ya, masih ada satu jam lagi. Embun, belum sepenuhnya membasahi rerumputan di sekitar kita. Namun, kita sudah berdiri di tempat ini. Ya, kita hanya berdiri.
Tak sadar, jemarimu menyusup perlahan, menggenggam jemariku. Aku hanya diam, tak mampu berkata-kata. Lalu, engkau melangkah, sedikit tergesa. Aku pun mengikuti langkahmu. Tanpa berkata, tanpa bertanya. Di puncak bukit, akhirnya kita berhenti. Engkau menunduk, memetik sekuntum bunga. Aku tak tahu bunga apa itu. Bentuknya bulat, dengan helai-helainya yang lembut dan berwarna putih..

"Dandelion. Konon, sebuah harapan akan terkabul ketika kita meniupnya, bersamaan dengan mengutarakan keinginan kita." Bisikmu.

Engkau memberiku dandelion itu. Sambil menatap langit yang perlahan mulai menenggelamkan semburat kuning keemasan mentari, engkau berkata, "Helaian bulu-bulu putihnya akan terbang bersama desir lembut angin. Mengabarkan pinta kita pada semesta. Dan semesta pun akan ikut berdoa untuk itu".

"Apapun?"

"Apapun." Engkau meyakinkanku.

Kupegang tangkai dandelion itu dengan kedua tanganku, mulai menyebut dalam hati harapanku. Kutiup dandelion itu, membiarkan helai-helai putihnya terbang bersama angin. Berharap ia mampu mengabarkan harapanku pada langit. Engkau tersenyum. Lalu, kembali engkau memetik bunga itu. Ikut memegang tangkainya dengan kedua tanganmu, dan meniupnya. Membiarkan helai-helai putihnya berhamburan, menari dengan lembut sembari menunggang pada angin.

"Apa yang engkau harapkan?" Aku begitu penasaran.

Engkau menatapku, terdiam. Perlahan, engkau menyusupkan lagi jari-jemarimu ke tanganku.
"Aku, selalu ingin menggenggam jemarimu. Sampai kapanpun" Katamu.

Kini, aku yakin, bahwa semesta telah menjawab harapanku saat ini juga. Karena yang kuharapkan adalah sama, ingin selalu bersamamu, memelihara persahabatan ini.


[arya poetra]
untuk kalian, Nik dan Pipi

16 komentar

  1. subhanalloh..
    di sini... bukan hanya sekedar sebuah tutur yang indah. namun selalu saja kutemukan ada makna terdalam merasukinya.

    salam erat persahabatan untuk kalian berdua: nik dan pipi ***



    BalasHapus
  2. Mengutip filosofi dendelion kemudian menyulapnya menajdi prosa pendek. konsep yang sering dijumpai dalam penciptaan karya sastra, di mana cerita berawal dari filosofi. Diksinya mulai terasa khas. Tapi kalo boleh tanya, kenapa keinginannya harus diutarakan keesokan harinya? Padahal mereka masing2 tahu keinginan itu. Nice work

    BalasHapus
  3. *jd ingin niup dandelion...... ^_^

    salam kenal dr ku, follback nahhhh hehe

    BalasHapus
  4. so sweet hiks terharu, iya arya untuk kk kapan nih ??

    BalasHapus
  5. kaka cakep tukang arsitek kenyennnnnnnnnnnnnnnn , terus giliran minten kapan kaka cakep ..... # comot nomor antrian ....:D

    BalasHapus
  6. #Mampir untuk menikmati tulisan Ary :)

    BalasHapus
  7. Maaf jika OOT

    Media Robbani Mengucapkan Selamat Tahun Baru 1434 H
    semoga kebahagiaan dan keberkahan selalu bersama Arya sekeluarga

    BalasHapus
  8. Thanks arya, sudah nulis untuk kami.. :')

    terharuuuu, ciyus! :)

    BalasHapus
  9. Puitis juga Arya kalo menulis seperti ini ya, kombinasi yang unik dalam diri seorang calon arsitek ^__^

    BalasHapus
  10. amazing..cetar membahana badai..kata syahrini..hehehe

    BalasHapus
  11. seperti ngerasa bunga itu ada di depanku dan aku tiup juga:D


    udah ikut liebster award, blogmu aku tag di liebster award ku, ada beberapa pertanyaan juga, trims :D
    http://afrizalr.blogspot.com/2012/11/bismillah.html

    BalasHapus
  12. Indah,,
    Jd pengen juga di buatin tulisan :)

    BalasHapus