Kita dan Kedewasaan
11.30Sama-sama kita berawal dari sesuatu, bernama ketiadaan. Menjemput kemurahan Sang Pemilik Alam, membiarkan tiupan kehidupanNYA meng-adakan kita. Sama-sama kita bertumbuh, dimulai dari setetes kehidupan, hingga saatnya waktu mempertemukan kita pada satu fase dalam kehidupan yang kita jalani. Fase, dimana sebagian kita terkadang terlalu sering mengeluhkannya. Fase, yang membuat sebagian kita, merasa tidak mampu untuk memenuhinya..
Menjadi Dewasa...
Setiap kita, telah meminjam waktu padaNYA. Menjalani tiap detiknya, pada apa yang terjadi pada diri, dengan cara kita masing-masing. Tiap detik, yang mengantarkan kita mencipta pengalaman. Menjadi dewasa, identik dengan pengalaman memang. Kita tak bisa mengingkari. Menjadi dewasa, bukan tentang apa yang terjadi pada pinjaman waktu yang kita jalani. Menjadi dewasa, adalah tentang bagaimana kita menghadapi apa yang terjadi. Melaluinya, meninggalkan sebuah penyelesaian...
"Saya tidak mau dewasa".
"Saya memilih untuk menjadi dewasa".
Menjadi dewasa, bukan berbicara tentang 'mau' atau 'tidak mau'. Ia bukanlah sebuah pilihan. Ia adalah keharusan yang mesti kita lalui untuk menjemput tahap kehidupan yang lebih baik. Berbeda, dari apa yang telah kita jalani sebelumnya. Kita tidak bisa terus berada dalam fase 'nyaman' kita saat ini, atau apapun istilah yang kita berikan padanya. Seiring usia, hidup menuntut kita untuk beranjak. Seiring tugas-tugas baru, hidup menuntut kita belajar lebih banyak lagi tentang tanggung jawab..
Sungguh, ada perbedaan yang sangat besar, bagi mereka yang menjalani kehidupannya setapak demi setapak, dengan pribadi yang menjalani hidup dengan menyiapkan dirinya menjadi dewasa. Bagi mereka yang menyiapkan diri, perubahan seperti apa pun akan tetap bisa disikapi dengan tepat. Hal baik yang sebelumnya sudah ia miliki, akan tetap ada dan tidak berubah. Berbeda dengan mereka yang tidak siap, perubahan instan yang datang kepadanya akan menyebabkan ia berubah 180 derajat dan mungkin mengubah ia menjadi pribadi yang lain.
"Saya tidak mau dewasa".
"Saya memilih untuk menjadi dewasa".
Menjadi dewasa, bukan berbicara tentang 'mau' atau 'tidak mau'. Ia bukanlah sebuah pilihan. Ia adalah keharusan yang mesti kita lalui untuk menjemput tahap kehidupan yang lebih baik. Berbeda, dari apa yang telah kita jalani sebelumnya. Kita tidak bisa terus berada dalam fase 'nyaman' kita saat ini, atau apapun istilah yang kita berikan padanya. Seiring usia, hidup menuntut kita untuk beranjak. Seiring tugas-tugas baru, hidup menuntut kita belajar lebih banyak lagi tentang tanggung jawab..
Sungguh, ada perbedaan yang sangat besar, bagi mereka yang menjalani kehidupannya setapak demi setapak, dengan pribadi yang menjalani hidup dengan menyiapkan dirinya menjadi dewasa. Bagi mereka yang menyiapkan diri, perubahan seperti apa pun akan tetap bisa disikapi dengan tepat. Hal baik yang sebelumnya sudah ia miliki, akan tetap ada dan tidak berubah. Berbeda dengan mereka yang tidak siap, perubahan instan yang datang kepadanya akan menyebabkan ia berubah 180 derajat dan mungkin mengubah ia menjadi pribadi yang lain.
[arya poetra]
Berkilaulah karena kualitas pribadi kita yang baik.
Bukan karena 'perubahan' yang dipaksakan, hanya karena mengejar 'kenaikan kelas' secara instan.
10 komentar
hihi kemrin saya baru "bergeming kekcewaan"
BalasHapusada orang Dewasa kok buang sampah / makan kacang buangnya smbrang berntakan smua. HEHHE...
Dewasa tapi kayak anak kecil. Pikirannya harus dewasa.
Saya setuju Bang Arya.
^__^ A_N
Tulisan ini sudah cukup mewakili kedewasaan seseorang
BalasHapusDewasa adalah sikap hidup dan pola pikir, bukan sekedar perkembangan fisik saja.
BalasHapusIndah dan tepat sekali makna dewasa dalam tulisan ini...
Tulisan ini menjadi sebuah pernyataan kalau penulisnya telah dewasa.. :D
BalasHapussebagian dari kita pasti pernah menemukan seorang anak yang berpikir dewasa, juga sang renta yang ke kanak2an, dalam menerka kedewasaan seseorg, kita tidak bisa menilainya dr satu sisi saja. CMIIW ^_^
BalasHapusnice post mas...
saya setuju sama komen pak @insan :D
BalasHapustinggal nunggu bukti konkret aja deh dari kang arya.. #undangan *sambil batuk* #eh :D
syukron tulisannya menginspirasi :)
Menjadi dewasa itu bukan pilihan tapi mmg satu paket [keharusan]seiiring waktu yg kita pinjam dariNYA, pdhl banyak org diluar sana yg bergeming dlm kekanakannya..
BalasHapuswaaaa...komen saya gak muncul? pakai moderasikah?
BalasHapusRe-type: setuju bahwa menjadi dewasa itu satu paket dengan pinjaman waktu dariNYA. DEwasa itu bukan soal mau atau tidak, tapi harusnya kita makin dewasa dgn berkurang jatah usia
Tulisan ini seperti penulisnya, DEWASA :D
BalasHapusPara komentator di atas juga sangat dewasa sepertinya, hanya saya yang belum terlihat dewasa.
^_^
Postingan yang menginspirasi, sangat bermanfaat bagi yang merasa belum dewasa :)
tulisan yang sangat dewasa, apakah ini representasi dari sang penulis?? kurasa ya, walau tak mengenalnya secara jauh, namun rangkaian aksara nya telah menggambarkan siapa sosok penulisnya..
BalasHapuskeep writing ka :)