Hei Kamu!
09.16
Hujan tiba-tiba turun.
Apakah kamu mendengar suara tetes-tetes air itu?
Mereka seperti bernyanyi..
Riuh, bersahutan di sekitar ruang ku berpijak.
Aku juga ingin bersuara, tak ingin kalah.
Namun, aku tak punya teman bicara.
Hei kamu, cepatlah datang.
Aku ingin kita berbalas suara, kalahkan nyanyian hujan.
Mungkin, dalam naungan sederhana sebuah gubuk di tengah sawah..
Menemani sang senja, tuk berpamitan pada bumi..
Apakah kamu mendengar suara tetes-tetes air itu?
Mereka seperti bernyanyi..
Riuh, bersahutan di sekitar ruang ku berpijak.
Aku juga ingin bersuara, tak ingin kalah.
Namun, aku tak punya teman bicara.
Hei kamu, cepatlah datang.
Aku ingin kita berbalas suara, kalahkan nyanyian hujan.
Mungkin, dalam naungan sederhana sebuah gubuk di tengah sawah..
Menemani sang senja, tuk berpamitan pada bumi..
13 komentar
Hei Kamu...
BalasHapusAku mau berkomntar disini dengan terang-terang tanpa ada yang disembunyikan hiii,,,
Hei kamu...
sedang berpuisi yah?
prok..prok..siang bang?
hemm sudah bermain hujan hihi
Hei kamu, mba Annur..
BalasHapusSssttt
Iya, siang sih sebenarnya. Tak ada hujan turun.. Tapi, mungkin hati yang sedang melow membuat refleksi hujannya sendiri. Seakan-akan hujan. Hahaha..
hahahhah.. ih lebar bangd ketawaku yah bang.
BalasHapuslagi pengen hujan nie? hehe... refleksi..
hei kamu...
aku mau permisi yah...hihi..bagus nih abang puisinya.
Heeeiii....
BalasHapussepertinya keagungan gemuruh sang hujan tak mampu ku kalahkan dengan riak suaraku yang hampir habiiss..
ia luar biasa..
bisakah kita ikut berlarian bersamanya saja..
merasakan setiap tetes nikmat yang Arrohmaan anugerahkan untuk kitaa..
ia terlalu hebaat..
suara gemuruhya terlalu menggetarkan..
membuat kita berenergi..
untuk bangkiit.. berlari..
mengejar asa..
mengejar cinta..
Heeeii hujaann..
Bawa aku ke duniamu yang penuh akan semangat.. menerobos segala hambatan yang ada.. hingga akhirnya berhenti dengan menyisakan kesan yang bersymponi.. cantiik dan indaahh..
penuh warna.. penuh cinta.. :)
hei kamu..aku akan datang menemani kamu menikmati senja dalam rintik hujan ..nice share..rumantis euy arya
BalasHapusWaduh, di tempat saya belum hujan, jadi saya ga dengar. :D
BalasHapushei kamu, aku akan segera datang menemanimu dalam rintik hujan, rumantis euy arya ckkckc
BalasHapussaya selalu suka hujan..
BalasHapusmerasakan dingin jarum-jarumnya di jemari,
salam kenal..
hei kamu..aku akan segera kesitu menemani mu dalam rintik hujanm hehe so sweet arya, eha tadi kk udah komen, apa komentarnya masuk kitak spam ya arya..ckkckc
BalasHapusHati yang melow dan membuat hujannya sendiri... wow, sungguh terpesona akan jujurnya kalimat itu... ^__^
BalasHapusJika hujan pernah datang dalam imajinasi dan khayal, aku memang memimpikan tentang bisa bersuara tak kalah dengan hujan, sama sepertimu.
Tidak berbicara sendiri, tidak merenung, dan tidak menyepi. Hanya berdialog dengan nyawa yang sungguh-sungguh ada, dan berbicara tentang hal-hal dari tak ada hingga ada. Semua itu interaksi yang menyejukkan, dan adil jika bisa mengalahkan melowitas sebuah hujan yang terlalu lama menjuara.
Aku, adalah bukan arsitek. Tapi aku ditempa dalam lingkungan arsitektur yang akhirnya aku ditempa pula menjadi "pemecah masalah dengan metode arsitektural"....
Aku pernah mengeluh jika aku harus menjadi seorang arsitektur profesional seperti kata orang.
tapi aku malah bersyukur pernah mengecap jenjang studi yang eksentrik seperti sebuah sekolah arsitektur.
Cara kami dididik untuk melihat masalah, mengkonsep masalah menjadi solusi lewat ilustrasi berupa kiasan, sajak ataupun sketsa. Menjadikan aku penikmat sensitifitas indra yang tidak ada habisnya menciptakan dialog sendiri. Seperti artis dengan panggung sandiwaranya sendiri.... ^___^
hei kamu...
BalasHapusiya kamu yang berdiri disana sambil jeprat-jepret...
hei kamu....
ternyata puisi garapan mu keren juga yak, ga kalah sama hasil jeprat-jepretnya..salut untuk sang arsitek
@Wiwied:
BalasHapusYa, mengkonsep permasalahan, kemudian menyusun solusi lewat ilustrasi berupa kiasan. Kiasan berupa analogi..pun juga metafora. Ah, benar-benar subjek yang menjadikan kita penikmat sensifitas rasa yang tidak ada habisnya menciptakan dialog sendiri. Sensifitas rasa pencipta dialog? Hmmm.. kosakatanya aku simpan ya? :)
@Rima:
Hei.. jangan begitu adik kecil. Hanya kebetulan saja. Tau tuh, si hati bawaannya melow.. :D
Heiii..
BalasHapus*ah ga berani aah.. Takut dikira songong.. hihihiii.. Kabuuuuuuuuuuuuur...