Pesan Tak Langsung

09.43

Kita terlihat hebat dalam setiap "status" yang kita "update". Kenyataannya? Mungkin bisa jadi sangat jauh daripada itu.

Alamat emailku pun kuketik di kotak kecil memanjang berwarna putih itu. Lalu di kotak selanjutnya, kuketikkan kata sandi ku yang terbilang cukup panjang. Tak lama kemudian, halaman web itu membawaku menuju sebuah halaman berwarna putih bersih dengan garis biru di bagian atas. Di bagian tab browser ku, terdiam di sana, sebuah kotak berwarna biru dengan huruf "f" kecil berwarna putih sebagai foregroundnya. Ya, sebuah situs jejaring sosial yang sangat terkenal itu. Kemudian pandanganku tertuju pada bagian atas "daftar status" di halaman situs itu. Sejenak diri terhenyak oleh rangkaian-rangkaian kata di atas. Rangkaian kata-kata yang ditulis oleh saudariku, yang juga seorang calon Arsitek, Nurul "Inuy". Rasanya, seperti ada bongkahan es kecil yang mengalir melalui tenggorokan.. 


Ya, engkau pun pasti mengetahui situs yang ku maksudkan itu. Setiap hari, jutaan orang mengaksesnya. Anak kecil, remaja, hingga orang dewasa yang sudah berkeluarga pun, menurutku, saat ini tidak ada yang tidak memiliki akun situs tersebut. Setiap harinya, berbagai macam tulisan hadir di ruang bernama "wall" itu. Ada tulisan penyemangat hidup.. ada juga yang menaruh foto-foto perjalanan wisata mereka di sana.. Tidak jarang pula ada beberapa orang, yang berasal dari latar belakang pendidikan sepertiku, "memamerkan" hasil karya mereka, menggunakan situs itu sebagai sarana untuk mempromosikan keahlian mereka dalam mendesain, seraya berusaha merangkul rejeki bersamanya.. Pernah juga ku melihat serangkaian lelucon yang mengundang senyum berpijak di sana.. Bahkan, hingga keluhan-keluhan yang tidak penting bagiku, semua tertera di sana. Semua memperbarui "status" masing-masing...

Aku teringat seorang yang kukenal, yang tiap harinya mengetikkan ayat-ayat Allah di "wall" miliknya. Ia berkata tentang kesabaran.. Ia berkata-kata tentang semangat pantang menyerah dan kerja keras.. Namun, gambaran tentang ia di situs jejaring sosial itu dengan ia yang ada di kehidupan nyata, sungguh sangatlah jauh berbeda. Ia adalah orang yang selalu mengeluh. Kerja keras? Menurutku ia masih kurang dalam hal itu (pun mungkin diriku juga..). Alhamdulillah, terkait ayat-ayat Allah yang ia sampaikan, ia adalah seseorang yang taat dalam melakukan shalat. Sungguh betul yang disampaikan Inuy di atas.. Apa yang terlihat tentang kita di ruang itu, belum tentu seperti itu pula kita di ruang nyata..

"Anakku, jagalah lisanmu. Pikirkan dahulu sebelum engkau mengeluarkan kata-katamu. Karena sungguh, engkau dinilai dari apa yang engkau ucapkan".


Pesan kakekku itu begitu lekat dalam ingatanku. Pesan dari seorang pria agar cucu lelakinya senantiasa menjaga lisan. Menyampaikan kebenaran.. seraya menjaga hati orang-orang yang diajak berbicara.. Namun, kakek, sepertinya pesanmu itu tidak berperan layaknya sebuah konstanta di ruang itu. Konstanta yang sifatnya tetap tak berubah, memungkinkan tuk menjadi sebuah relativitas di ruang itu. Apa yang tergambar di sana, belum tentu menjadi sebuah kebenaran di ruang nyata tempat kita berpijak saat ini.. Namun, di ruang nyata, sungguh, pesanmu itu sangat bermanfaat..



Ketika kita melontarkan kritik tentang mereka-mereka yang malas  beribadah, mari berhenti sejenak dan bertanya pada diri, sudahkah kita taat dalam menegakkan ibadah kita?
Ketika kita menyarankan orang lain untuk tidak berputus asa, mari berhenti sejenak dan bertanya pada diri, apa mungkin kita termasuk seseorang yang mudah berputus asa?
Ketika kita dengan mudahnya berkata, "Engkau yang salah!", sekali lagi mari berhenti sejenak dan bertanya pada diri, apa mungkin ada kesalahan pada diri ini yang tidak kita sadari..?


Ya, sungguh manusia adalah makhluk yang penuh dengan kekurangan dan kekhilafan.. Pastilah pernah dalam hidup ini kita berputus asa.. pasti pernah kita terjebak dalam keegoisan.. pasti pernah kita berburuk sangka.. pasti kita pernah mengeluh.. Karena memang, semua itu adalah lumrah. Namun, kita tercipta dengan potensi yang lebih besar untuk menutupi semua kekurangan itu. Kita tercipta, sebagai makhluk pembelajar, yang memiliki kemampuan tuk berhenti sejenak, menganalisa, lalu mengambil keputusan terbaik sebagai bekal dalam menapaki perjalanan ke depan. Di ruang itu, saat keluh kesah menjadi pemandangan yang biasa terlihat, mari kita menghimpun kekuatan untuk tidak terjebak bersamanya. Mari, kita menyampaikan segala sesuatu yang bermanfaat. Mari, menyampaikan apa adanya.. Mari, menyampaikan dengan terlebih dahulu kita memikirkan dampaknya kepada orang lain..


Apa yang kita perlihatkan di ruang itu, mari kita wujudkan ia di ruang nyata. Tentu kita ingin diterima apa adanya bukan? Tentu kita tidak ingin terus memakai topeng dalam episode hidup kita bukan?


Arya Poetra
Terima kasih untuk pesan tidak langsungmu, saudariku..

4 komentar

  1. waaah maaf bang, komentrku ketuker sama postingan yg lain...3efek mati lampu,.jadi lngsu klik post saajaa//

    keep writing^^

    BalasHapus
  2. sip.. jagalah Lisan.... dunia maya emang bgtu kejam kadang2 lupa sama sgalanya hehhe.. ups kejam dalam artian gak jaga waktu al-asr.

    saya saja sampe ganti FB,skrng buka klinik aja tulisan hadist dan kata2 motivasi yg kdang saya update...

    saya termausk orang yg kena kobran Fb juga.. mdahan smw ingat karna Alloh bukan mendewakan nafsu..
    trima kash atas artikelnya yg membangun..:)

    BalasHapus
  3. Hm.. Merebaknya jejaring sosial rupanya bisa menjebak.. jika lisan bisa menuai kekhilafan karena tak bertulang, apalagi tulian.. Nice post, masyaAllah!!

    Jadi ingat tulisan di blogku yang
    judulnya: Ini tentang "Status Kita" #promosi..
    Terinspirasi dari status yg bertebaran..
    Walaupun berbeda, tapi ada esensi yang sama dari tiap tulisan..

    BalasHapus
  4. --' beghh! tersinggungku, kak Arya~~ hikss.. ^^v hehe
    saya selalu berpikir, "apakah saya layaknya cermin seperti 'status hebat' saya? apakah saya telah mengerjakan apa yg saya katakan?" bahkan pernah tiba masa dimana saya takut sekali untuk update status, karena nyatanya yaaa saya memang tidak seratus persen seperti apa yg saya katakan dan tulis di 'status hebat' itu!!!

    lalu saya menemukan kalimat teduh ini : "Andai seorang mukmin tidak boleh memberikan nasihat kpd saudaranya, kecuali setelah ia mampu mengontrol dirinya, maka niscaya hilanglah para pemberi nasihat dan minimlah orang2 yg mau mengingatkan." (Hasan al-Bashri)

    benar-benar sebuah "Pesan Tak Langsung"~~
    saat kita menuliskan (wallahu'alam tentang niatannya) nasihat, hadist, ayat Qur'an, kata-kata hikmah penyemangat atau apapun itu, yg pertama kali melihat isi 'status hebat' tsb adalah mata kita, yg pertama kali mendengar bacaan dari 'status hebat' tsb adalah telinga kita, yg pertama kali bergerak menuliskan 'status hebat' tsb adalah tangan kita, yg pertama kali memberikan stimulus listrik untuk merespon tentang 'status hebat' tsb adalah otak kita.. secara tak langsung kita adalah orang pertama yg dinasihati dari 'status hebat' kita itu sendiri..

    Meski memang beda!!! antara orang munafik dng orang yg sedang berusaha melatih dirinya untk tampil baik, meskipun belum sepenuh hati.. but we have to control our mind saat 'melabeli' seseorang sebab "boleh jadi dia munafik hanya diprasangkamu, tetapi disisi ALLAH, dia adalah orang yg sedang berjihad menuju hidup yg lebih baik.."

    semoga ilmu selalu berbarengi dengan amal.. #insyaaAllah

    BalasHapus