Arsitektur, Gejala, dan Mata Batin

07.31


Membaca karya Arsitektur adalah mengumpulkan apa yang tertangkap oleh indera, yang pada dasarnya parsial, disatukan oleh akal dan pengetahuan serta pengalaman, sehingga menjadi pemahaman yang utuh, menembus gejala fisik tersebut, lewat mata batin..

#8:22, waktu kamarku
lagi-lagi terjebak dalam keasyikan memahami ruang
@p

3 komentar

  1. mantab. sepertinya jiwa ente benar2 arsitek deh. sukses kulnya, ri.

    oyew, pasti pernah kan baca pendapat andrea hirata ttg arsitek. yang ini loh:
    "jalanan adalah karya seni instalasi yang sempurna. Ia lurus, berhiaskan lampu dan bunga, menikung, menanjak, dan kadang2 buntu. ia mengarahkan, meloloskan, menjebak dan menyesatkan"

    sebenarnya bukan bahas arsitektur secara general, cuma sya sja yg berpendapat begitu. tp bukankah sngat menyenangkan menghidupkan bagian2 yg bagi org kebanyakn sbagai benda mati. sya pikir bukan hnya arsitektur bgitu. rasanya lebih nyaman dan manusiawi menganggap benda2 disekitar kita juga memiliki jiwa mereka sendiri. :)

    BalasHapus
  2. Ya, bukan membahas ttg Arsitektur untaian kata dia atas. Namun, ia telah menyentuh salah satu "jiwa" Arsitektur itu.
    Ya,itu adalah kemampuan Arsitektur dalam menghidupkan, mengekstrak "jiwa" dari sebuah benda mati. Disampaikan dengan tata bahasa yang indah.. Karena sejarah awal Arsitektur itu dari sastra lho.. (Filsafat).

    "rasanya lebih nyaman dan manusiawi menganggap benda-benda di sekitar kita juga memiliki jiwa mereka sendiri".
    Bukankah salah satu cara menyatu dengan alam, Aci? :)

    BalasHapus