Menulis Ramadhan #6 - Keteladanan

07.19

sumber gambar

Terkadang, ilmu sebegitu ingin meluruskan yang salah lewat perbendaharaan kata. Pun terkadang, ketidaktahuan sebegitu ingin dinasehati dengan lisan. Namun, hasil yang diharapkan oleh kata dan lisan seringkali berbicara lain.

Kepedulian belum bersambut perubahan. Kegerahan makin menjadi, karena yang hendak diajari belum membuka hati.

Di luar sana, banyak yang berdakwah, mengajari semata dengan lisannya. Lisan yang terkadang malah berujung sebuah luka, membawa prasangka, lalu akhirnya menguapkan rasa percaya. Hei diri, bukankah perbuatan baik akan lebih membekas dan menggerakkan hati orang lain (atas izin Allah) jika ia mewujud sebuah keteladanan?

Wahai diri, berusahalah tuk menjadi yang terdepan jika menyoal keteladanan. Bukankah dengan keteladanan, bunga-bunga iman akhirnya kan merekah dengan ikhlas? Bukankah lewat keteladanan pula, rasa percaya lantas akan tumbuh dengan digdaya?

arya.poetra
Jakarta, 13 Ramadha 1438H

1 komentar

  1. Kayaknya ini menggapai fenomena yg belakangan semarak di dunia maya ya. "Bullying in words"

    Masalah paling hangat adalah tg tulisan Warisan. Yg mngundang pro dan kontra. Namun, beberapa pihak kurang beretika dalam mnyampaikan maksudnya atau komentarnya. Walhasil, perang kata dalam dumay.

    Santun dalam berpendapat akan menjadi nilai plus bagi seorang muslim. Kebenaran tersmpaikan, akhlak pun terjaga shg meminimalisir syak wasangka orng2 yg phobia islam.

    BalasHapus