Kepada Samudera Hari

07.10



Semburat kuning keemasan hadir membuka lembaran perjalanan hari ini. Dan di bawah terpaan hangat mentari pagi, aku bergumam. Mencoba membuka percakapan dengan semesta. Lewat rayuan, lewat hati yang penuh rasa malu dan tunduk penuh kepasrahan.

Ingin kuminta beberapa bait puisi padanya. Yang dapat kueja ketika aku tak cukup kuat mengarungi hari. Yang dapat menghadirkan rasa cukup akan hal-hal yang terjadi di luar kuasaku. Bait-bait puisi yang mampu memenuhi hatiku dengan rasa lapang. Bahwa cukup bukanlah tentang jumlah. Bahwa cukup adalah wujud nyata kerendahan hati.

Ada kala hari mengajakku bercerita dengan riang. Terkadang ia memberi pertanyaan-pertanyaan, atau bahkan sama sekali tak bersuara. Mungkin akan kudapati diriku menggerutu. Terjebak tuk tidak mengawali dengan sebuah senyuman. Namun di sana, di gugusan bintang yang berpijak dalam keteraturan, telah kutitip banyak cerita. Kugantungkan harapan-harapan. Di sana, mereka bersenandung. Satu-persatu menunggu jatuh, menjelma puisi untukku.

Aku ingin menjadi yang paling beruntung di hari ini. Yang menahan gugup, karena hari ini aku akan menjadi lebih tahu, lebih baik dari kemarin. Yang wajahnya tersenyum, karena Allah Yang Maha Pemurah membuatku tahu satu lagi rahasia kehidupan. Lewat lembaran-lembaran aksara yang aku baca. Lewat kalimat-kalimat baik dari mereka-mereka yang kutemui. Dari obrolan-obrolan hangat dan bersahaja bersama keluarga. Atau lewat persoalan-persoalan yang sengaja didatangkanNYA untukku.

Aku ingin menjadi yang paling beruntung di hari ini. Menjadi nahkoda yang benar-benar telah  jatuh cinta kepada samuderanya. Terhempas gelombang, namun tetap berdiri dan kembali mengembangkan layar. Yang terhuyung, namun tetap menatap matahari di kejauhan.

Matahari sudah mulai meninggi. Ayo keluar. Karena aku adalah nahkoda yang mampu mengendalikan kapalku tuk mengarungi samudera hari. Semoga hari ini tak terlewati tanpa adanya kesadaran bahwa aku tetaplah nahkoda yang kecil dan rendah di hadapan Allah. Semoga hari tak terlewati tanpa adanya percakapan-percakapan yang tulus denganNYA. Karena IA lah pemilik samudera. Yang menggenggam angin dan menguasai gelombang.

Ayo! Arungi samudera hari ini.

1 komentar

  1. Mengingatkan kita pada sebuah nasihat bijak, keluar rumahlah, carilah rejekimu hari ini sebagaimana seekor burung yang meninggalkan sarangnya di pagi hari dengan harapan pada Allah, lalu kembali lg kala senja dengan perut kenyang karena rejeki dari-Nya.

    Menarik!

    BalasHapus