Dalam Labirin Rasa

07.38


Akan tiba suatu hari, ketika semesta pun akhirnya mengumandangkan nada-nada kesunyian. Dan dalam sebuah labirin rasa, aku, kamu, adalah  jiwa-jiwa yang masih terus melangkah. Mencoba menemukan jalan keluar. Menutup telinga kala luka sudah terlalu berisik. Melupakan kecewa dengan terus melantunkan rasa syukur. Ataukah bersegera menyerahkan segala rasa percaya kepada IA Yang Maha Membolak-balik Hati. Menghadirkan keyakinan, bahwa kala semesta serasa tak adil, itu hanyalah sebuah skenario dariNya untuk perlahan menghadirkan sebuah kisah yang luar biasa. Bahwa di dalam suatu lipatan waktu, terselip sebuah ramuan bernama bahagia, untukku, untukmu.

Ya, Dalam Labirin Rasa, mungkin diamnya semesta hanyalah cara Allah mendeteksi sejauh mana kita telah percaya. Dalam Labirin Rasa, mungkin sudah saatnya air mata tak lagi angkuh untuk mengalir penuh kepasrahan.

Dalam Labirin Rasa, mungkin Allah cuma ingin mendengar langkah kaki yang mendekat. Menggelar tikar, lalu piknik bersama sujud-sujud yang tak berkesudahan. Dalam Labirin Rasa, mungkin Allah hanyalah ingin bertemu lewat doa-doa. Bercerita, melepas rindu layaknya dua jiwa yang saling jatuh cinta.

Allah merindukanmu.
Tidak kah ingin engkau menyambut?


2 komentar

  1. Dalam Labirin Rasa, Allah hendak menguji seorang hamba yang berjuang mengarungi hidup di zona ketidaknyamanan, melawan ketidaksukaan dengan keterpaksaan. Namun, di balik itu ia akan belajar arti kehidupan yang tak selalu manis, tapi bila bisa dilalui dengan bijaksana dan penuh perenungan, akan berbuah manis pada akhirnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari terus berproses. Agar menjadi buah manis dari pohon kehidupan. :)

      Hapus