Hujanku, Yang Kini Sebatas Memori

11.21

5 tahun yang lalu...
Pilihanlah yang pada akhirnya membuat kita kembali merasakan jarak. Aku, memilih tenggelam bersama ilmu arsitektur di Makassar. Sedang engkau, memilih tenggelam bersama ilmu mesin di Yogyakarta. Kita sedang mengejar mimpi masing-masing bukan? Ya. Mimpi yang terselip harap, kita mampu berkeliling dunia dengannya. Terobsesi oleh salah satu acara di National Geographic yang pernah kita pelototi di kotak bergambar di rumahku. Kini, kita harus mencoba menerima keadaan yang membuat jalinan persahabatan yang telah terjalin harus mengecap jarak ratusan kilometer oleh pilihan kita.
Taklukkah kita? Tidak.
Hidup, terkadang adalah tentang mengukir kenangan. Terkadang pula ia adalah tentang menyongsong harapan. Kita hidup di masa lalu, kini, dan masa depan. Harapku, kita akan tetap bersama di ketiga masa itu. Di sudut dunia nyata, saat fisik kita masih diberi kesempatan untuk bertemu. Atau di pojok maya saat kita masing-masing telah menjelajah belahan bumiNYA yang berbeda, seperti saat ini. Maka, izinkanlah aku mengimbuhi harapan di belakang kenangan yang terukir.

Jari-jemari ini begitu riang kala itu. Bergerak beraturan mengikuti partitur memori-memori yang tersusun dengan detail di kepala. Mendikte setiap nada-nada kekaguman akan hari-hari yang kita lewati dengan penuh semangat dan tanpa keluh kesah. Melambungkan simfoni-simfoni makna yang terpetik oleh hati,akan hidup yang cuma sejenak ini. Menggubah kembali melodi-melodi sumbang yang sempat terindera, mengganti muram menjadi sebuah senyuman,merontokkan ego untuk menumbuhkan kelapangan hati. Kita terjemahkan semuanya, dalam rentetan huruf demi huruf yang terangkai dalam ruang kecil itu. Ruang kecil yang merekam jejak-jejak kita lewat kata-kata singkat dan berjarak...
Taklukkah kita? Tidak.
Hati tak berkaki memang. Maka, jangan harapkan ia mampu tuk menghampiri. Urusan hati, tak mampu kita tuk berspekulasi. Biarlah ia mengalir dengan energinya sendiri. Bersahabat bersama lipatan-lipatan waktu, menyelami makna-makna,hingga tiba saat Qada dan QadarNYA mencipta pertemuan. Karena menemukan terkadang selalu jauh lebih indah. Karena temuan seiring takdir adalah suatu kebetulan yang telah dipersiapkan dengan indah olehNYA. Sedang pilihan, terkadang adalah hanyalah emosi tak kekal, tampak ajaib namun hanya sesaat. Kawan,aku yakin kita akan bertemu lagi. Waktu itu akan datang. Mungkin lama, mungkin pula sebentar...

###
11 tahun yang lalu ...
Ah, jarak..., ia lah yang mempertemukan kita. Melipat ruang awalku, memendekkannya, relatif terhadap ruangmu dengan kecepatan foton yang konstan sesuai sunnahNYA.

Masih ku ingat lapangan sepakbola di depan sekolah yang menjadi titik pertemuan awal kita. Berbalut putih abu-abu yang sama dengan yang lainnya, kita saling menjabat, membongkar identitas. Dengan senyum tulus, engkau, dan yang lain menyambut kehadiranku, yang mungkin asing bagi kalian. Melewatkan rutinitas membosankan akan penerimaan siswa/siswi baru, dengan terkekeh riang di balik rapinya barisan. Dengan suara yang tak terlalu besar tentu. Karena kalau ya, kita akan berakhir dengan berdiri di depan, melawan sengatan mentari pagi yang mencoba menghangatkan bumi.

Ah, putih abu-abu..., begitu banyak memori terukir di masa-masa itu. Kepingan memori akan dirimu yang begitu keras berjuang membantu kehidupan keluargamu yang kebetulan tak diberi kelebihan materi. Kepingan memori akan dirimu yang begitu penuh perjuangan mencerna goresan simbol-simbol diferensial, trigonometri, hingga loncatan-loncatan elektromagnetik pada kumparan Oersted. Memori-memori itu perlahan berkondensasi menjadi sekelumit cerita yang menyejukkan. Menyerap hingga ke lapis terdalam, membuat aku merasakan kesegaran, layaknya dalam udara yang basah..., Pada genangan-genangan yang terinjak..., Pada tanah-tanah licin yang terjejak. Aku begitu suka akan hujan. Aku begitu suka mentari pagi. Juga, aku begitu suka akan senja yang memerah. Namun, hujan terasa begitu lain. Suaranya bisa terdengar berirama dengan nada-nada alam lainnya. Dan basah airnya mampu melelehkan segala kekesalan. Sama sepertimu kawan, kau adalah hujan untukku. Menyatukan dalam satu rasa tanpa jeda, kebersamaan yang tak biasa.

###
Dua bulan yang lalu...
Engkau seperti menghilang. Setahun tanpa jejak-jejak di ruang kecil kita. Tak lagi ada bulatan kecil petanda hadirmu di sana. Petanda yang terkadang sering kutunggui bersama kepulan hangat secangkir teh. Petanda yang hadirnya begitu banyak membantu ku, menyampaikan pelajaran-pelajaran berharga akan hidup dari seberang, tempatmu berpijak kala itu. Hingga suatu saat aku begitu marah pada kawan-kawan kita yang lain, yang merahasiakan kisahmu ini begitu lama padaku. Kisah akan senja yang telah menemuimu. Kisah akan detak jantungmu yang tak lagi berdentang. Kisah akan kembang kempis diafragmamu yang tak lagi berirama. Kisah  akan dirimu yang telah dipanggil olehNYA...

Kecelakaan kerja kata mereka. Engkau berjuang melawan sakit yang begitu menyiksa. Engkau sempat sehat kembali, tambah mereka. Sebelum akhirnya engkau memilih menyerah pada luka di dalam ragamu yang mungkin tak mampu kami indera. Memilih terbawa oleh hembusan lembut angin, menuju sisiNYA. Meninggalkanku di sini yang harus menerima kenyataan pahit. Mengubur kenyataan bahwa engkau tak akan pernah kembali lagi...



10 komentar

  1. hhmmm... another amazing story about friendship and brotherhood... i like it

    BalasHapus
  2. :'(
    suatu hal yg begitu sedih,,ketika seseorng yg diharap tuk bertemu tak bisa lgi bertatap, berjabat, berbagi cerita dgnnya,,,

    BalasHapus
  3. Ary, ternyata kamu punya sahabat langit juga ya :)

    Do'aku, semoga kalian dan kita semua dapat berkumpul dalam jannah-Nya.
    Aamiin

    BalasHapus
  4. jangan batasi memori, agar tidak sebatas memori.....

    BalasHapus
  5. kata2nya bikin hikz...:(
    sahabtnya bang arya terlukiskan dgn kata2 abang luar biasa. ga taw deh mesti gimna belajar dari kata2nya walaupun ada yg gak ngerti :D

    BalasHapus
  6. disana tetap 'bumi' Alloh sobat,kelak akan reuni dgnnya

    BalasHapus
  7. suka banget sama rangkaian kata disini.. semoga Alloh anugrahkan tempat terbaik untuk beliau dan kembali mengumpulkan kalian di syurganya kelak

    BalasHapus