Untuk Kita, Nanti...

21.19

"Hai!" Sapaku padanya. Pada anak kecil di sudut kamar. Namun, mungkin awan kelabu sedang menyelimuti hatinya. Menghasilkan gurat wajah murung. Membelakangiku, ia memilih defensif.

"Kenapa?" Spontan aku bertanya padanya..

Sejenak ia membisu. Memandangiku, lalu berseru "Aku kecewa! Ibu tidak mencintaiku!"

*****
Bias jingga meruang bersamaku. Entah bagaimana ia melakukannya, menciptakan sebuah teropong waktu. Membiaskan memori puluhan tahun silam, di sini.
Membiaskan kembali, aku di masa kecil, yang dengan entengnya mengucap kalimat itu.
Membiaskan kembali, aku saat remaja, yang dengan mudahnya memberontak.
Namun, kamu tahu? Ia masih tetap mencintaiku.. Menganggapku anaknya yang baik...

Belakangan kemudian, aku menyadari, ia tidak saja mencintaiku sebagai seseorang. Ia mencintai proses hidupku. Mungkin karena itu pula, dengan sabarnya ia menghadapiku. Tak pernah kehilangan cintanya untukku.
Jika bukan karena itu, masihkah aku berpijak di sini? Menceritakan grup band kegemaran adik ku, kamera yang kuinginkan, rumah-rumah orang lain yang dengan senang hati kubuatkan desainnya, musik-musik yang mampu menggugah rasa, ataukah tentang virus yang membuat file-file penting ayah tiba-tiba menghilang.
Ya, didengarkannya itu semua dengan penuh kesabaran (meski, ia tidak terlalu mengerti apa yang kukatakan. Mungkin karena zaman kami yang berbeda..).

*****

Mencintai kelebihan dan kekurangan seseorang, itu yang selalu ku inginkan.
Bukan hanya pada dirimu, namun juga kepada orang-orang lain yang kutemui. Aku akan selalu berusaha menerapkannya..
Mencintaimu sebagai seseorang, dan juga proses hidupmu, aku ingin melakukannya. Sungguh.
Tidak ada manusia yang hanya memiliki sisi baik, atau sisi buruk saja. Bukankah begitu?
Waktu kemudian mengajarkanku, proses mengenal seseorang, adalah proses yang tiada henti.
Karena tiap-tiap pribadi, memiliki kemungkinan untuk tak sama di tiap lipatan-lipatan waktu.
Begitu juga, proses mencintai...

Saat kita bertemu nanti, aku yakin kita akan berbeda dalam beberapa hal.
Besarnya gaji, pandangan terhadap hidup, bagaimana memahami sebuah "kisah" dalam potret, kemampuan mengkonversi bahasa kita ke dalam bahasa inggris, atau mungkin cara bermesraan dengan Tuhan.
Mungkin, untuk beberapa hal, dirimu akan lebih baik dariku..

Jika kelebihanmu lah yang membuatku mencintaimu, maka jika sudah berkurang lebihmu, aku akan meninggalkanmu. Jika aku terus mencari yang terbaik, maka aku akan meninggalkanmu untuk mengejarnya. Besar kemungkinan.
Tidak! Aku tak mau! Aku, ingin mencintaimu, utuh...
Proses hidupmu, Kita...
Ketika suatu saat nanti, tak ada lagi lebihku yang bisa kubanggakan, yang bisa kubagi padamu, kuharap engkau tak pernah letih untuk menggenggam tanganku. Membimbingku, mengangkatku pada kualitas kebijaksanaan yang lebih baik.
Begitu pula sebaliknya, denganku. Ku harap bisa membimbingmu, membagi segala yang aku tahu, pahami, segala yang aku miliki..

Semoga engkau mengizinkanku untuk ikut dalam proses kehidupanmu, hingga tak ada lagi kata "masing-masing".
Yang ada hanya "kita"..
Saling menjaga, dalam jalur yang telah sama-sama kita sepakati..

Semoga, kita mampu, menjadi seperti seorang ibu, yang mencintai proses kehidupan anak-anaknya.
Yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya untuk mengenal buah-buah hatinya.
Seperti ibu, yang entah bagaimana, mampu menciptakan ruang dengan batas tak terhingga, untuk cintanya..
Ya, semoga kita mampu.

*****
(Ah, aku merindukan ibuku...)


Hari ini di Makassar
Untukmu yang jauh di sana.
Untuk kita, nanti...

6 komentar

  1. mengerti bagaimana rasa itu dikala merinduinya :( uuugh.. yeah \m/

    mother,mother,mother n then ur father

    BalasHapus
  2. Ketika suatu saat nanti, tak ada lagi lebihku yang bisa kubanggakan, yang bisa kubagi padamu, kuharap engkau tak pernah letih untuk menggenggam tanganku. Membimbingku, mengangkatku pada kualitas kebijaksanaan yang lebih baik.

    ibu, apapun keadaan anaknya ia Selalu mencintainya tanpa syarat.. i Love u mom.. aku sayang ibu karena Alloh.
    terimakasih ka sudah kembalil mengingatkan cinta ibu

    BalasHapus
  3. aku pun selalu pulang membawa rindu saat sementara ini kami tak di satu rumah yang sama..

    rindu pada ibu..

    BalasHapus
  4. rindu slalu memunculkan sisi melankolia seseorang yah.

    BalasHapus
  5. Masya Allah..
    kita hanya butuh mengsinergikan diri lebih baik untuk sosok yang memberikan segenap cintanya melebihi apapun. Nice this note, masya Allah!!
    Suka.. Barakallahu fiik.. ^^

    BalasHapus