MENTAL JAMAAH HAJI SEHARUSNYA

16.43


Mari sejenak mengacu kepada kisah nyata, dituturkan oleh syaikh yang memberikan ceramah di mesjid King Abdul Aziz Ma'abdah Makkah di musim haji 1431 H yang lalu.

Beliau menceritakan. Seorang pemuda, dia adalah salah satu jamaah haji dari kota Riyadh, Arab Saudi. Dari cerita yang dituturkannya digambarkan bahwa semula pemuda tersebut adalah seorang yang nakal layaknya teman sebayanya yang telah akrab dengan barang seperti minuman keras, rokok dan sejenisnya. Namun dalam perjalanan haji kali ini dia ingin membuktikan keimanannya sebagai seorang hamba Allah. Tiada tujuan lain dalam ibadah yang akan dijalaninya kecuali mengharapkan ampunan dari Allah dan pahala yang banyak.

Tekadnya tak hanya sebatas dari lisan, namun sebelumnya dia telah menunjukkan keseriusannya untuk menjemput ampunan dariNya. Subhanallah, didatanginya beberapa ustadz dan dihabiskannya beberapa buku untuk mempersiapkan ibadah yang sebentar lagi akan dijalaninya.

Dan sampailah persiapannya pada hari yang sangat ia tunggu-tunggu, keberangkatan tiba saatnya. Saat sebuah pesawat komersial mengantarnya hingga bandara di kota jeddah. Bersama rombongan, dari rautnya pemuda tersebut tampak sumringah. Seolah tak sabar ingin mendapatkan janji Allah. Dan dia pun begitu optimis, karena yakin dengan apa yang telah dipersiapkannya.

Namun tiba-tiba langkahnya di bandara terhenti, raut mukanya berubah muram. Beberapa rombongan pun terheran dengan apa yang terjadi, seolah takut jika dia berubah pikiran untuk kembali ke kotanya dan membatalkan niatnya beribadah haji. Atas ijin Allah, yang terjadi justru sebaliknya. Pemuda tersebut mengeluarkan tangannya dari balik saku tas punggungnya sambil menggenggam sesuatu.

Dengan mematahkan barang yang ada dalam genggamannya dia berkata lantang. “Demi Allah, aku tidak ingin benda kecil ini akan menghalangi sampainya ampunan Allah kepadaku”. Dan dibuanglah benda tersebut ke tong sampah.


Saudara pembaca yang dirahmati oleh Allah, tahukah anda barang yang dimaksudkan pemuda tersebut?. Itulah sebatang rokok yang tanpa diketahuinya masih tersimpan dalam saku tas yang kerap dipakainya bermaksiat dahulu. Sebelum bertaubat, menentukan sikap untuk menjalankan ibadah haji.

Kejadian ini kemudian mengundang decak kagum diantara rombongan yang ada, gema takbir pun terdengar bersahutan. Sampai seorang syaikh yang ketika itu bertugas menjamu jamaah haji di bandara pun mendatanginya dan memberikan doa barokah kepada pemuda tersebut. Allah yubarik fiih.

Mari, Bercerminlah dari cerita pendek diatas. Seharusnya seperti inilah isi qolbu (hati) seorang muslim dalam taqorrub kepada Allah. Bukan seperti kebanyakan jamaah haji saat ini yang berangkat dengan lidah yang latah dengan ucapan ‘haji mabrur’ namun tindakannya sama sekali tidak mencerminkan seorang yang mendambakan kemabruran. Allahu a’lam bish showab


0 komentar