KERAPUHAN MASYARAKAT URBAN

05.58

Masyarakat Urban, masyarakat yang hidup dalam semi-identitas menurut saya. Masyarakat dengan kecenderungan mengikuti sesuatu yang baru, yang terjadi secara terus-menerus. Berpijak, pada bukan yang baik.. Melainkan apa yang baru dan tren pada realita. Kemampuan rasio manusia direduksi, hanya bersifat empiris, eksternal, instrumental, serta eksploratif. Proses pemaknaan yang cenderung berpijak pada logika semata..

Dasar alasan, yang membuat kehadiran Masyarakat Universal menjadi sesuatu yang sangat mendesak. Utuh, yang memiliki prinsip melampaui logika empiris dalam cara pandang... Prinsip yang menerima perubahan, namun tak terlena dan menjadi budak akan perubahan tersebut. Masyarakat Universal,emegang erat identitas, meski perubahan datang silih berganti. Tidak menuhankan akal budi dalam menerangkan gejala alam, yang berdasarkan hukum-hukumnya yang dapat ditinjau, diuji, dan dibuktikan secara empiris. Bagaimanapun, realita empiris akan selalu berubah. Dan apabila pijakannya adalah realita empiris, logika sederhana, pijakan akan selalu berganti-ganti kan? Lalu, makna pijakan itu apa, jika ia harus selalu terganti dan tidak kokoh??

Masyarakat Universal, dengan pijakannya yang universal pula.. Bukan untuk kontra perubahan, namun berusaha meletakkan perubahan sebagai warna dari pijakannya. Memegang teguh pada prinsip transenden, alih-alih tunduk pada realita empiris. Di sini, Tuhan lebih berperan ketimbang hukum-hukum positif yang cenderung menjadi budak perubahan atas nama modernitas, bahkan post-modernitas.

Menjadikan Tuhan sebagai landasan hukum positifnya. Tuhan lebih dari sekedar dipercayai sebagai Sang Maha Pengatur Segala... Tuhan merupakan kiblat untuk menempatkan keseetiaan, di upgrade oleh hati secara berkelanjutan. Tuhan, bukan sekedar dipercayai, namun berupaya dan berkomitmen untuk setia terhadap kepercayaan terhadapNYA. Jika ini tercapai, masyarakat akan menjadi tangguh, memiliki identitas yang utuh, tak bisa ditawar, dan menjadi raja atas perubahan.

3 komentar

  1. aku senang dengan paragraf terakhir, dan berpikir bahwa sekarang ini manusia cenderung bergerak tanpa aturan yang bisa membatasinya alias semau mereka.. entah apa yang mempengaruhinya?? apa perkembangan zaman menuntutnya untuk seperti itu?? entahlah...

    BalasHapus
  2. sempat bingung, ini blognya si ari apa si ima yah? ternyata templatenya sma. hehehhe...

    komen dulu baru baca. :D

    BalasHapus
  3. @Sam:
    Terimakasih udah mampir.
    Iya, karena kadang kita dibutakan oleh perkembangan zaman. Kita lupa, apa yang sebenarnya kita butuhkan.. Kita malah asyik dengan sesuatu yang belum tentu terbaik tuk diri.

    @Aci:
    Makasih udah mampir, maaf daun tehnya lagi habis.. Air sumur juga lagi kering. Tak mengapa cuma mampir kosong kan. Hihihi.
    Sekarang udah beda ma Irma, Aci. Sudah tidak kembar lagi kami. :-)

    BalasHapus