Perempuan di Bulan Agustus

22.03


Selembar rasa untukmu.

Ada begitu banyak pertemuan dalam kehidupan ini. Persimpangan-persimpangan yang mengiringinya pun menyimpan berbagai macam kemungkinan. Namun, tak ada yang kebetulan pada sebuah pertemuan. Padanya, selalu tersimpan alasan, dan saya percaya itu. Tersusun rapi tuk menyajikan pada kita tentang bahagia maupun duka. Pun padanya kita kan belajar tentang sesuatu.

Lalu, hari itu.
Engkau datang di bulan Agustus. Kita dipertemukan semesta tuk saling mengenal.

Perjalanan-perjalanan pun membuatku jatuh. Cinta memang tak pernah sederhana. Tak pernah kita tahu kapan si Nyonya Merah Muda datang mendekap ketika hitam dan putih adalah warna yang kita kira telah sempurna. Waktu pun menempa perjalanan rasa. Membubuhkan satu kata sebagai pemanis. Lalu ada rindu yang diam-diam menyusup dalam cangkir-cangkir teh. Ada sedikit pahit memang. Sesaplah. Agar kita tahu bahwa hidup tak selamanya tentang bahagia.

Mengingatmu, adalah sesuatu yang hanya mampu membuatku tersenyum. Melempar tanya kepada diri sendiri, mengapa engkau bisa hadir dalam ceritaku. Mengeja kita selalu membuat penaku mengering, menambah tumpukan kisah-kisah untuk dikenang. Mengeja kita selalu membuatku kewalahan mencari kotak tuk menyimpan memo-memo kecil tentangmu.

Haaahh...
Saya sedikit mengela nafas. Saya dan kamu sedang belajar. Belajar memaknai hidup ini. Kita hanyalah anak-anak manusia yang sedang menyetor cerita dalam sebuah buku kehidupan. Yang kan dibacaNya. Semoga IA tertarik. Semoga IA suka.

Aku, kamu, dan mereka kan menjadi pelengkap cerita. Karena hidup adalah sebuah cerita. Dan teruntuk kamu, Perempuan yang datang di Bulan Agustus, terimakasih telah menjadi bagian dari ceritaku.

Mari terus mendekap langit.
Agar pertemuan menjadi bagian dari sebuah cerita.
Mari, tuntaskan jarak. Agar dingin tak lagi menghalangi tuk bisa bernafas dengan lega. Bukankah cinta seharusnya seperti itu?



2 komentar