Kau tahu, sejujurnya aku lelah. Lelah berpura-pura dalam kenyataan atas semua yang terjadi di antara kita. Meski aku pernah berkata kalau kita sama, jika aku bisa maka kau pun bisa, pun sebaliknya. Maaf, kali ini tidak. Engkau saja tidak bisa meyakinkan dirimu sendiri. Bagaimana bisa kuyakinkan diriku, bahwa engkaulah Andromedaku?
Di awal, kuukir fiksi ini untukmu, untuk kita. Tapi engkau datang, mengajakku untuk mengubahnya. Engkau datang, dan dengan seenaknya menarikku. Memaksaku mengiyakan inginmu. Di awal, engkau memiliki beribu cara untuk membuatku merasakan berjuta-juta rasa yang bahkan tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata. Aku mulai menikmatinya. Kuyakinkan diriku, bahwa aku tak salah langkah. Bahkan, aku rela mengikuti caramu, agar aku, kita, bersama mampu merasakan pelangi cinta itu. Aku mulai yakin, bahwa engkau ada. Dan kini, mengapa jadi begini? Mengapa engkau bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara kita? Mengapa?
Kita belum tiba di garis akhir perjalanan rasa ini, bahkan melihat petanda akan itu pun belum. Mengapa engkau berubah menjadi seperti ini? Engkau menjungkirbalikkan semuanya. Membiarkanku berjalan sendirian. Aku tak paham.
Kalau begitu, ketika kesekian kalinya aku melihatmu tetap seperti itu, mari perlahan akhiri semua ini...
###
Saat itu terjadi, tak perlu engkau bersedih, kawan. Menunggulah. Biarkan waktu dan tangan-tangan tak terlihatnya membelaimu. Membawamu pada pertemuan tak terduga dengan dia yang lain, di sebuah titik rindu. Ya, dirimu, dan Andromedamu. Adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak sering saling menyapa, namun diam-diam mengucap nama dalam doa...?
Ini hanyalah soal perputaran detik yang berbeda ruang.
sampai jumpa lagi.
#Memories
Mereka yang serba khawatir dengan masa depan, akan dibuat sibuk mengejar kehidupan. Gelar, pekerjaan, kemapanan, gengsi, style, apakah hidup bagimu hanya tentang itu? Mengapa tunduk pada kata orang tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup? Mengapa takut untuk melakukan apa yang hati katakan penting, seru, bermanfaat, atau bahkan bisa mengubah hidup orang lain?
Mereka yang mengikuti apa yang benar dan penting, kehidupan akan tunduk di bawah kakinya.
Berhentilah hidup dalam defenisi masyarakat!
#karena kita semua spesial
Waktu.
Ah, berbicara tentang yang satu ini, belakangan ini terasa kalau waktu terasa cepat sekali berjalan. Seminggu yang lalu, rasanya baru saja saya merasakan sedikit kelegaan karena jadwal evaluasi yang diundur. Kini, aku harus kembali bersahabat bersama perasaan tegang itu. Ya, jadwal evaluasi itu kian mendekat.
Hari ini, sembari mengerjakan gambar-gambar arsitektur dari amanah yang kuemban, memori kembali melemparku ke beberapa waktu sebelumnya. Saat dimana raga ini begitu inginnya memberontak. Terang saja, kala itu aku telah bertransformasi menjadi seseorang yang begitu amat jahat. Membiarkan raga ini bergerak, beraktivitas hampir 20 jam, selama beberapa minggu. Hanya dengan berdalih "mengejar target". Padahal, mereka juga memiliki hak untuk beristirahat bukan?
Jika demikian, artinya aku lupa mensyukuri nikmat ALLAH yang telah menyatukan kepingan tulang belulang ini menjadi satu kesatuan, dan berwujud menjadi tubuh, menjadi aku saat ini..
Dan sama halnya, di antara debu yang terus beterbangan dan di antara jejak-jejak yang tak terperi dan di antara rasa letih yang kian tak bisa diajak kompromi, aku, kita, harus belajar untuk terus mencoba menyatukan kepingan puzzle yang mungkin sedang berserakan. Untuk dijadikan sebuah kesatuan yang mengatasnamakan CINTA dan ALLAH. Karena Cinta itu Allah, dan Allah adalah Cinta itu sendiri.
#studio akhir, sejenak bosan, lalu meluncur kesini
Maka nikmat Tuhan yang manakah yang engkau dustakan?
Duhai saudaraku, saudariku, tetap istiqomah ya. Jangan takut menatap masa depan. Bangunlah masa depan dengan keyakinan yang kita rintis hari ini. Jangan lupa sisihkan sedikit kelebihan sebagai sedekah. Dan jangan lupa dhuha dan tahajjud untuk meninggikan predikat kita di mata ALLAH.
Iya, ini cerita tentang kita dan layang-layang. Namun kita beda. Milik kita bukan layaknya layangan pada umumnya. Layangan kita berada di angkasa, namun tak diterbangkan oleh angin. Pun talinya tak akan pernah putus, karena memang ia tak bertali. Layangan kita terbang menggunakan cahaya hati, bukan?
Saudaraku, saudariku, mari kita jemput dan kumpulkan mimpi-mimpi yang hadir di malam hari. Tahukah engkau, mereka adalah bibit-bibit mimpi yang kita tanam di siang tadi. Perlahan namun pasti, mari rawat mereka agar tumbuh dengan dedaunan hijau yang segar.
Saudaraku, saudariku, mari kita jemput dan kumpulkan mimpi-mimpi yang hadir di malam hari. Tahukah engkau, mereka adalah bibit-bibit mimpi yang kita tanam di siang tadi. Perlahan namun pasti, mari rawat mereka agar tumbuh dengan dedaunan hijau yang segar.
Ya, mari jadikan mereka pohon dengan batang kambiumnya yang menjulang tinggi, gagah perkasa. Bibit-bibit mimpi itu, ayo kita tanam. Lalu, dengan sabar kita menantikannya untuk tumbuh berkembang, menjadi sebuah peristiwa yang nyata, bukan maya. Lalu, dengan layangan tadi, mari raih puncak pohon itu.
Tetap istiqomah ya..
Bagaimana kondisi layanganmu hari ini, kawan-kawan?
#juga sebagai pengingat untukku.
Aku tak ingat, apakah sudah memberitahukan kalian kalau aku adalah fans berat dari memori. Ya, mungkin engkau menyebutnya kenangan. Atau, mereka yang di luar sana lebih senang menyebutnya sebagai ingatan. Ah, apalah penyebutannya. Aku begitu senang menutup mata. Hanya untuk membayangkan perstiwa-peristiwa yang sudah terlewati. Entah, bahagia atau sedih. Baik atau buruk. Sakit, ataupun ketika sedang merekah bahagia. Aku selalu senang ketika mengenang semua itu. Aku selalu senang untuk menyimpannya.
Memori
Sebuah buku maya terbaik yang kumiliki. Dan malam ini, kubaca lagi buku itu. Tak ada yang bisa kukatakan. Tapi bukankah memang tak ada yang perlu untuk dikatakan? Mari nikmati saja keheningan ini. Ah, jarum jam tiba-tiba meruncing. Ruangan ini pun mulai terasa terlipat-lipat. Aku mulai menghitung jarak antara kita. Antara aku dan tawa kalian. Antara aku dan ratusan lembar aksara tentang kita.
Obrolan kecil yang ramah. Yang bercerita tentang ini dan itu. Itulah KITA. Maaf, jika aku masih belum bisa menjadi kawan yang baik
#meluncur ke sini setelah membaca 41 ribut-ribut kalian tentang "temu" di FB
Obrolan kecil yang ramah. Yang bercerita tentang ini dan itu. Itulah KITA. Maaf, jika aku masih belum bisa menjadi kawan yang baik
#meluncur ke sini setelah membaca 41 ribut-ribut kalian tentang "temu" di FB
Dari tanah kembali ke tanah. Itulah manusia.
Dari diri sendiri, kembali kepada diri sendiri. Itulah kehidupan.
Dari nol kembali kepada nol, jarak mengajarkannya kepada kita.
Dari sebuah sujud, kembali kepada sujud. Itulah perjalanan.
Kelak,
Di perjalanan pulang, kita akan menjadi sempurna.
Kelak,
Di perjalanan pulang, kita akan bertemu di surgaNYA.
Dari diri sendiri, kembali kepada diri sendiri. Itulah kehidupan.
Dari nol kembali kepada nol, jarak mengajarkannya kepada kita.
Dari sebuah sujud, kembali kepada sujud. Itulah perjalanan.
Kelak,
Di perjalanan pulang, kita akan menjadi sempurna.
Kelak,
Di perjalanan pulang, kita akan bertemu di surgaNYA.
Adakah tujuan kita sama,
hidup dan mati hanya karenaNYA...?
Jika diperhatikan lagi, pembangunan ruang-ruang publik yang bersifat komersil sedang marak di kota-kota kita di Indonesia (di Makassar juga woii). Dan bahkan bertransformasi menjadi sebuah tren baru dalam bisnis properti. Contohnya adalah sebuah pusat perbelanjaan. Hadir, bertebaran di beberapa titik penting pusat-pusat aktivitas utama kota. Bangunan-bangunan ini hadir, menawarkan tempat bersantai, berkumpul, dan berbelanja dengan suasana baru yang katanya mampu menjamin rasa aman dan nyaman para pengunjungnya. Hakikat ruang publik kota sebagai ruang terbuka dan tempat berkumpul warga secara gratis perlahan-lahan berubah menjadi ruang publik yang tertutup, dibatasi oleh bidang-bidang masiv, dan tentunya berbayar.
Pembangunannya pun seringkali tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan tidak diimbangi dengan pertumbuhan infrastruktur yang seharusnya mampu mendukung. Kehadirannya menimbulkan keterpusatan aktivitas. Jumlah pusat perbelanjaan yang semakin meningkat, berdampak pada perubahan pola mobilitas warga kota. Tingginya laju aktivitas kendaraan yang menuju ataupun meninggalkan pusat-pusat perbelanjaan menimbulkan kemacetan lalu lintas di wilayah sekitarnya. Belum lagi jika dikaitkan dengan desain pusat-pusat perbelanjaan yang seringkali melupakan pengunjungnya yang datang dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum.
Seharusnya, ruang publik adalah sebuah ruang yang berfungsi mewujudkan keseimbangan hidup warga kotanya. Ruang publik, seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta bersahabat bagi segala jenis kondisi fisik manusia yang menggunakannya. Ruang publik, pada dasarnya dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat kota yang heterogen, karena beraktivitas di ruang publik akan menimbulkan kebersamaan tanpa menghilangkan perbedaan.
Pusat perbelanjaan, walaupun dijadikan sebagai tempat bertemu, meskipun terbuka untuk umum, namun ia tetap bersifat privat. Karena pada dasarnya diperuntukkan untuk masyarakat yang memiliki kemampuan membeli bukan? Yah, ujung-ujungnya kita berbicara soal uang.
Pembangunannya pun seringkali tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan tidak diimbangi dengan pertumbuhan infrastruktur yang seharusnya mampu mendukung. Kehadirannya menimbulkan keterpusatan aktivitas. Jumlah pusat perbelanjaan yang semakin meningkat, berdampak pada perubahan pola mobilitas warga kota. Tingginya laju aktivitas kendaraan yang menuju ataupun meninggalkan pusat-pusat perbelanjaan menimbulkan kemacetan lalu lintas di wilayah sekitarnya. Belum lagi jika dikaitkan dengan desain pusat-pusat perbelanjaan yang seringkali melupakan pengunjungnya yang datang dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum.
Seharusnya, ruang publik adalah sebuah ruang yang berfungsi mewujudkan keseimbangan hidup warga kotanya. Ruang publik, seharusnya dapat digunakan oleh masyarakat umum dengan berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta bersahabat bagi segala jenis kondisi fisik manusia yang menggunakannya. Ruang publik, pada dasarnya dibutuhkan untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat kota yang heterogen, karena beraktivitas di ruang publik akan menimbulkan kebersamaan tanpa menghilangkan perbedaan.
Pusat perbelanjaan, walaupun dijadikan sebagai tempat bertemu, meskipun terbuka untuk umum, namun ia tetap bersifat privat. Karena pada dasarnya diperuntukkan untuk masyarakat yang memiliki kemampuan membeli bukan? Yah, ujung-ujungnya kita berbicara soal uang.
Ada satu hal yang sangat menarik, yang membedakan antara pusat perbelanjaan dengan ruang publik sesungguhnya. Di dalam pusat perbelanjaan, tak pernah kita temukan pengemis, gelandangan, pengamen, ataupun pedagang kaki lima seperti ketika kita berkunjung ke alun-alun kota, lapangan, dan taman-taman kota bukan? Ya, bagi pusat perbelanjaan, mereka adalah orang-orang yang tidak diharapkan kehadirannya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kepekaan jiwa sosial seseorang. Dengan ketidakhadiran mereka, ditambah dengan kecenderungan untuk selalu beraktivitas di sana, kita secara tidak langsung dibutakan terhadap realitas kehidupan yang sebenarnya ada dan terjadi di sekitar kita. Kita hanya dipertontonkan terhadap hal-hal yang sifatnya senang-senang saja, bahkan hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Melupakan, bahwa di luar sana masih banyak masyarakat yang harus berjuang membanting tulang dan memeras keringat, berjuang menghadapi kehidupan. Akibatnya, jurang pemisah antar masyarakat semakin besar. Kita lupa akan kata "tolong menolong". Pun kita lupa akan kata "kepedulian". Pola pikir terbentuk hanya untuk membeli dan selalu membeli atau hanya sekadar mengejar "citra". Kepekaan rasa, perlahan diubah menjadi sesuatu yang mampu dibeli dengan materi. Materialisme pun berkembang, menjadi candu.
Mengkonsumsi. Hanya ini pertunjukan yang menarik bagi para pemuja bangunan ini. Toh hanya ini hiburan yang tersedia. Hari ini, esok, lusa, seminggu kemudian, yang ada hanya kegiatan mengkonsumsi. Apakah para pemuja itu tak sadar identitas mereka sedang dilucuti secara perlahan? Dibutakan oleh gemerlap dunia konsumerisme lewat iklan dan pembentukan "citra"? Atau, karena mereka tidak memiliki hiburan lain? Pertunjukan ini akan berlangsung sampai kapan? Apakah pada akhirnya kita akan menerima kenyataan bahwa pusat perbelanjaan telah menggantikan ruang publik kota?
###
Sudut-sudut kota tua sebenarnya memiliki banyak tampilan menarik dan unik. Tak kalah bila dibandingkan dengan tampilan bangunan-bangunan modern yang sekarang ini tampak di sepanjang mata kita memandang. Akan sangat disayangkan jika bangunan-bangunan bersejarah seperti ini dibiarkan terbengkalai dan hanya menjadi seperti kisah terpendam dari sejarah kota kita. Bangunan -bangunan seperti ini memiliki potensi besar, terutama jika dilihat dari kacamata kepariwisataan.
Jika bukan kita yang mengambil peran untuk menjaga dan melestarikannya, siapa lagi?
#klasik itu romantis. Pantas untuk dipertahankan bukan?
Jika bukan kita yang mengambil peran untuk menjaga dan melestarikannya, siapa lagi?
#klasik itu romantis. Pantas untuk dipertahankan bukan?
Hari ini hujan datang lagi. Seperti biasa, ditemani sahabat terbaiknya, si awan hitam. Manusia-manusia pun mencibir. Mengumpat. Mengeluh. Hai kalian, jangan salahkan awan hitam. Ia hanya ingin bermain bersama hujan. Ia hanya ingin mengatakan pada kalian, bahwa ia ada. Ia hanya sedang menggantikan matahari yang sedang lelah berjalan.
Walau coretan-coretan di buku luntur, walau riasan menjadi tak karuan, walau sepatu kotor terciprat air genangan, walau kertas-kertas tugas menjadi kusut, walau perjalanan menjadi melamban, walau harus membawa jaket hari ini, Nikmatilah. Nikmati mendung seperti ketika matahari datang menyapa. Nikmati petir seperti ketika menikmati senandung Shoot The Moon milik Norah Jones. Nikmati dingin sama seperti ketika engkau menikmati hangat sang Senja.
Walau coretan-coretan di buku luntur, walau riasan menjadi tak karuan, walau sepatu kotor terciprat air genangan, walau kertas-kertas tugas menjadi kusut, walau perjalanan menjadi melamban, walau harus membawa jaket hari ini, Nikmatilah. Nikmati mendung seperti ketika matahari datang menyapa. Nikmati petir seperti ketika menikmati senandung Shoot The Moon milik Norah Jones. Nikmati dingin sama seperti ketika engkau menikmati hangat sang Senja.
Half time goes by.
Suddenly you're wise.
Another blink of eye.
67 is gone.
The sun is getting high.
We're moving on...
#nowplaying Five for Fighting : 100 Years