Menulis Ramadhan #2 - Niat Menulis

00.00


sumber gambar

Bismillah.

Bagi yang suka menulis, ada rasa bahagia tersendiri saat kata-kata akhirnya menjelma menjadi susunan-susunan kalimat. Apalagi jika cerita yang disuguhkan mendapat tanggapan positif dari banyak pihak. Pada akhirnya, akan muncul "rasa memiliki" terhadap karya tulis tersebut. Dan tentunya, ada rasa kesal manakala orang lain mengakui bahwa susunan-susunan kalimat itu adalah hasil karyanya.

Saya sendiri pernah seperti itu. Blog/Timeline mereka-mereka yang menyalin tulisan-tulisan yang ada di blog ini, saya screenshoot, lantas memberinya komentar. Komentar-komentar yang menyudutkan, dengan argumentasi-argumentasi yang mencoba meyakinkan bahwa saya ada di pihak yang "benar".

Ada sebuah tulisan yang saya dapati di tumblr beberapa minggu yang lalu. Namun sayangnya, saya lupa alamat blog dan siapa penulisnya. Jika saya dapatkan, akan saya sematkan kemudian di akhir paragraf tulisan ini. Singkat saja, di sana tertulis sebuah kisah, tentang seorang penulis yang hidup beberapa abad silam. Tulisan-tulisan nya bagus, dan orang-orang memberi apresiasi terhadap karyanya itu. Saking bagusnya, ada orang-orang yang dengan gampangnya menyalin sama persis, lantas menerbitkan buku, seakan-akan itu adalah buah pemikirannya. Namun si penulis tidaklah seperti saya, memberi argumentasi-argumentasi yang memberitahu bahwa ia lah yang "benar". Penulis itu diam saja. Karena di awal, ia sudah meniatkan untuk menulis karena Rabb nya. Allah Maha Adil. Terjadi suatu kebakaran di kota itu. Kejadian itu sampai membuat buku-buku yang ada di kota itu ikut terbakar. Kecuali satu buku, yang merupakan karya asli sang penulis tadi. Allah menjaga niat sang penulis dengan menjaga bukunya agar tidak terbakar.

Saya terhenyak. Kembali mengingat apa yang saya lakukan. Begitu mudahnya saya "mengakui" bahwa tulisan-tulisan yang ada di blog ini adalah milik saya. Padahal inspirasi, kata-kata, dan semua yang mendukung hingga akhirnya sebuah tulisan lahir, adalah karena Allah semata. Betapa angkuhnya saya, padahal sejatinya, tidak ada yang benar-benar saya miliki dalam hidup ini. Semua hanyalah "pinjaman" dari Allah, Rabb semesta alam.

Benar kata seorang kawan, bahwa sebuah tulisan yang dibuat dengan hati, akan sampai ke hati pula. Bahwa tulisan yang diiringi dengan rasa ikhlas, mengharap ridhoNya, tidak akan pernah salah alamat. Seperti tulisan di tumblr tadi. Tulisan itu dibuat jauh sebelum saya bertemu dengannya. Rasanya, semesta merekam niatan sang penulis di dalam tulisannya itu, yang ingin mengingatkan, bahwa tak usah khawatir dengan plagiasi, jika memang proses menulis yang engkau lakukan itu atas niat karena Allah semata. Dan sampailah tulisan itu kepada saya, mengingatkan untuk mengoreksi niat saat ingin menggoreskan kata-kata. 

Tulisan tentang semangat berbagi, akan sampai pada mereka yang juga menyukai berbagi, ataukah mereka yang sedang berusaha untuk menumbuhkan semangat berbagi. Tulisan yang ingin mengingatkan pentingnya sedekah, akan sampai pada mereka yang sedang berbenah diri menyoal sedekah.

Bukankah menyenangkan rasanya, ketika sebuah tulisan hasil pemahaman kita akan sesuatu, menjadi perantara seseorang untuk berbenah diri menjadi lebih baik? Tidakkah itu cukup membuatmu bahagia?

Jika akhirnya karyamu menjadi "terkenal", itu hanyalah sebuah bonus. Bisa saja ia menjadi sebuah ujian, untuk menakar rasa syukurmu, untuk meneropong niatmu, ataukah memang sebagai hadiah, karena dinilai pantas untuk naik ke level selanjutnya. Saya pun sedang belajar untuk mengoreksi kembali niat menulis. Semoga tetap istiqomah.

Menulislah dengan ikhlas.
Bukan karena ingin punya fans.

arya.poetra
Jakarta, 2 Ramadhan 1438H

2 komentar

  1. Menulis dg hati. Menulis untuk menebar kebaikan. Karena tulisan sejatinya sama dg ucapan yg akan dimintai pertanggungjawaban. Wallahu'alam bi shawab.

    Saya jg tengah berbenah dan belajar.

    BalasHapus
  2. Keep writing Arya,
    salut,, kontennya masih konsisten dari taun ke-tahun.

    BalasHapus